ReferensiBisnis.online: sosial | Info Seputar Bisnis Terbaru
Tampilkan postingan dengan label sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sosial. Tampilkan semua postingan

23 Sep 2011

Terapi Dengan Cara Berjiwa Sosial
1

Terapi Dengan Cara Berjiwa Sosial


1316423818964929877
Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah

Memiliki jiwa sosialisasi tinggi ternyata mampu menjauhkan diri dari segala penyakit yang disebabkan terutama oleh pikiran, Terapi Dengan Cara Berjiwa Sosial adalah salah satu terapi kesehatan yang manjur untuk mencegah terjadinya penyakit. terkadang untuk melakukan kegiatan sosial kita tak pernah memiliki waktu luang yang dikarenakan kesibukan kita terutama bagi sebagian besar pelaku kerja. memiliki pekerjaan yang harus memprioritaskan kita mengejar waktu, fokus terhadap pekerjaan, atau memiliki jadwal pekerjaan yang padat juga faktor tidak sempatnya kita untuk melakukan kegiatan sosial. oleh karenanya otak dan pikiran kita akan di penuhi dengan berbagai macam kepusingan yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Terapi Dengan Cara Berjiwa Sosial tidak hanya menjadikan rohani kita menjadi sehat namun akan mengefek juga pada kesehatan jasmani, melatih kepekaan kita terhadap sesama, melatih diri untuk menjadi pribadi yang positif, didekatkan hati-hati sesama saling kasih sayang dan senyum yang menyegarkan jiwa ini, dan juga akan sangat bermanfaat bagi  kehidupan kita kelak di ‘akherat’. setiap agama jelas menganjurkan kita untuk banyak berbuat baik salah satunya dengan melakukan kegiatan sosial, seperti misalnya berbagi ilmu dengan sesama, Terinspirasi dari sebuah hadits yang menyatakan bahwa amal seorang hamba semuanya akan terputus, kecuali ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah dan anak yang sholeh. untuk itu jangan menunda kesempatan ini untuk meraih amal yang tiada putus itu meski kita sudah tiada kelak. banyak sekali jenis kegiatan sosial yang mampu menjadi terapi kesehatan seperti, mendonor darah, santunan anak yatim, dan juga sedekah fakir miskin.
Menurut sumber yang saya baca, Seorang Freud, filsuf dan psikologist, pernah menandaskan bahwa 90 persen penyakit manusia disebabkan oleh pikirannya. dan selain bermeditasi terapi dengan cara berjiwa sosial juga mampu mencegah datangnya penyakit yang timbul dari pikiran.
Endingnya….
ketika kita sedang memiliki suasana hati yang baik dan sedang berpikiran baik terhadap semua hal,, tanpa kita sadari,,kondisi fisik jauh menjadi lebih baik,, kita mensugesti tubuh untuk terlihat amat sangat sehat,, dan dengan cara melakukan terapi ini Insya Allah penyakit apapun akan menjauhi kita. menjadi pribadi yang peduli terhadap sesama adalah salah satu kunci menuju jalan positif yang jauh dari penyakit.
Dalam pribadi setiap insan terdapat jiwa sosial untuk berbagi, namun banyak di antaranya yang tak mempunyai waktu luang untuk melakukan kegiatan sosial
Mari Luangkan Waktu Untuk Berbagi,.

Bila hamba-Nya itu mau berbagi, akankah Allah membiarkan mereka itu terlantar sia-sia di dunia ini? Sama sekali tidak. Allah Maha Melihat, dan Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bukankah Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya?
Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rizki oleh Allah SWT, manakala kalian mau menolong dan berpihak, membantu, serta mau memberikan kepada orang-orang yang lemah dan menderita dalam kehidupannya. (Hadits Riwayat Muslim).

source

25 Agu 2010

2

Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Sejauh 10 Km

Walapun ini berita lama, tapi tidak ada salahnya kita kembali merenungi sejenak kepedulian sosial bangsa ini,, dan kepedulian kita bersama... Renungkan......

Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan jakarta – Bogor pun geger Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.

Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.

Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yangkotor itu, di sela-sela kardus yang bau.

Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan darisesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.

Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan. Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulangdari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan. Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsaIndonesia, ujarnya.

Dibalik kemegahan kita ternyata masih ada orang yang begitu menderita diluar sana, mari kita renungkan dan jadikan pelajaran berharga...

bunglonblog.blogspot.com Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Sejauh 10 Km

Baja Ringan Semarang