ReferensiBisnis.online: history | Info Seputar Bisnis Terbaru
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan

31 Agu 2013

1

Cipto, Juna dan Edy : Kisah inspirasi 3 Sahabat

Cipto, Juna dan Edy adalah 3 sahabat yang saling mendukung satu sama lain dan mempunyai mimpi yang sama, bagaimana hal ini bisa menjadi isnpirasi bagi kita semua? mari simak cerita singkatnya dan semoga bermanfaat.
Cipto Juna Edy

Inspirasi CIPTOJUNAEDY CS

Cipto Junaedy - Siang itu sungguh sangat terik. Tak ada awan yang menaungi ketiga santri yang tengah menjalani hukuman ‘jemur’ di tengah lapangan basket. Cipto Junaedy - Hukuman yang mereka dapati setelah kabur pada suatu malam ke sebuah bioskop di kota dekat pesantrennya. Ya, santri juga manusia, ingin merasakan kebebasan meski hanya sebentar saja. Ingin menikmati malam nan indah di tengah hingar bingar kota. Tetapi inilah konsekuensi yang harus mereka terima. Bukan hanya mereka, tetapi siapa pun yang mencoba keluar dari pesantren tanpa sepengetahuan kakak pengurus bagian keamanan maka seperti itulah hukumannya, dijemur di tengah lapangan, rambut di gunduli, dan digantungi kata-kata yang memalukan. Dan ketiga santri itu mau tak mau harus menerima dengan ikhlas segala hukuman itu.

“Man, lihat Ustad Andi bawa gunting. Pasti kita mau dibotakin!” Ujar Edy sedikit ketakutan.

“Baru dibotak. Itu sudah biasa!”Timpal Juna.

“Sudah kelas lima, masak masih takut dibotak, Her?!” Kata Cipto enteng saja.

Ustad Andi semakin mendekat. Gunting yang dipegangnya mengkilau terkena pancaran terik matahari siang itu. Sementara suasana pesantren penuh sesak, di lantai dua asrama puteri, di depan teras kelas, di masjid, berjuta pasang mata santri tertuju pada ketiga santri di tengah lapangan itu.

“Inzil at that. Turun!” perintah ustad Andi kepada ketiga santri itu. Mereka lekas menurutinya.

“Maadza syaahadtum fil baarihah. Apa yang kalian tonton tadi malam?” Bentak ustad Andi.

“Film tentang semangat, Ustad.” Jawab Cipto.

“Al maudhu’. Judulnya?”

“Mengejar Matahari.” Kata Juna.

“Sebelumnya kami minta maaf, ustad, kami akui kami salah. Tapi film tersebut harus kami tonton.” Kata Edy.

“Untuk apa? Apa pentingnya buat kalian?”

“Penting. Bahkan sangat penting!” Timpal Cipto.

“Untuk masa depan kami!” Lalu kata Juna.

“Masa depan? Bulshit!”

“Mungkin sekarang ustad katakan bulshit. Tetapi suatu saat kami pasti bisa seperti mereka.” Kata Juna.

Tegang. Wajah ustad Andi semakin memerah marah. Sementara ketiga santri itu tenang-tenang saja ditengah ketakutannya.

“Apa mimpi kamu?” ustad Andi menunjuk Juna.

“Sutradara! Saya ingin seperti Hanung Bramantyo.”

“Kamu…?!” Kali ini menunjuk Edy.

“Produser!”

“Seperti siapa?” Bentak ustad Andi.

“Dedy Mizwar!”

“Kamu, Cipto!”

“Saya ingin seperti Emha Ainun Nadjib. Beliau sangat hebat. Penulis naskah drama. Puitis. Berdakwah dengan seni…”

Ustad Andi menyeringai, “Bulshit! Kalian hanya omong kosong. Santri tidak begitu. Santri harus terjun kepada masyarakat, menjadi guru misalnya.”

Ketiga santri itu hanya diam saja, jauh di lubuk hatinya masing-masing mereka berontak. Mereka berkeyakinan akan membuktikan mimpi-mimpi yang diucapkannya barusan. Dan kemudian dengan lincah ustad Andi menggunting rambut mereka bertiga.

“Setelah ini diklimis! Tak ada sisa sehelai rambut pun!”

Dan para santri yang menonton pun harus kembali ke kelasnya. Cerita siang ini cukup sampai di sini.

Cipto Juna Edy  3 Sahabat


Sehari-hari setelah kejadian di lapangan itu, ketiga santri yang kini tak berrambut semakin ingin mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Mimpi yang bukan terlahir dari spontanitas di lapangan itu. Tetapi mimpi itu telah tertanam lama dari diri mereka. Di pesantren ini, siapa yang tak kenal dengan Cipto? Puluhan karya tulisnya selalu terpajang di mading pesantren. Bahkan banyak dari kalangan santriwati yang tersihir oleh kalimat indahnya. Buktinya, banyak surat berdatangan kepada Cipto, namun dia tak menanggapinya dengan serius.

Lalu, siapa yang tak kenal dengan Juna si bandel yang ngeyel? Tetapi tak ada yang mampu mengalahkannya dalam bidang drama atau seni peran. Dalam setiap pentas drama, Junalah sang tokoh utama. Karena kehebatannya itu, kepadanya dititipkan amanah sebagai ketua drama di pesantren ini.

Sementara Edy, ia adalah si tampan yang banyak pengikutnya. Ia bak raja, apapun keinginannya, cukup dengan sedikit kata dan telunjuk berbicara pasti kesampaian. Dari bentuk wajahnya, ia memang berbakat menjadi orang besar.

Itulah tiga santri gundul yang bercita-cita menggemparkan pesantren ini dengan mimpi-mimpi mereka.


“Man, ada cerita bagus nggak?” Tanya Juna.

“Buanyak. Untuk apa, Gung?”

“Ah, ente kaifa, Man. Penulis gak tahu informasi. Acara Panggung Gembira tinggal beberapa bulan lagi. Kita garap, kawan!”

“Oke. Siap!”

“Masalah dana, peralatan, pemain, biar produser kita yang urus. Kita bagian teknis dan lapangan…” kata Juna.

“Oke, kawan. Saya akan tulis skenarionya. Kebetulan saya punya cerita bagus tentang pesantren kita ini..”

“Sipp!, kita buktikan kepada ustad sombong itu, bahwa mimpi-mimpi kita bisa kita wujudkan…” mereka ber-tos dan saling menggenggam erat tangan.

“Man jadda wajada!” ujar keduanya.


Satu minggu, dua minggu Cipto menulis skenario untuk dipentaskan pada acara panggung gembira sebagai acara puncak tahunan pesantren. Edy telah menyeleksi semua pemainnya. Juna pun telah bersiap dengan strateginya menyutradarai skenario Cipto ke dalam sebuah drama.

“DI SINI AKU BAHAGIA” Itulah judul yang berhasil ditulis oleh Cipto. Berkisah tentang sindiran keadaan pesantren ini, berkisah tentang santri yang mencoba mewujudkan impiannnya. Berkisah tentang segala peristiwa di pesantren. Ketika membaca naskah ini, Juna langsung sepakat, menurutnya cerita ini akan menggegerkan pesantren, akan membangkitkan semangat bagi siapa saja yang menyaksikannya.

“Bukan main. Ini cerita dahsyat, kawan! Tak kusangka kau bisa menulisnya.”

“Jangan disangka-sangka, kawan. Begitulah seorang penulis. Tampang bukanlah cermin dirinya. Tetapi hati, aku menulis itu dengan hati…!”

“Ah, lebay ente, Man!” Edy memukul pundaknya.

“Jum’at sore kita latihan!” Ujar Juna, sang sutradara.

“Siap!” Seru Edy dan Cipto.

Dan siang itu, ruang kelas ini menjadi saksi bagi mereka bertiga, mimpi-mimpi mereka akan segera terwujud.


Waktu sungguh tak terasa, berjalan dengan sendirinya mengantarkan hari silih berganti, mengantarkan bulan kepada bulan lain. Dan hari ini, sampailah pada bulan yang ditunggu-tunggu oleh tiga santri itu. Bukan menunggu tumbuhnya rambut mereka yang telah digunduli beberapa bulan lalu. Tetapi saat ini yang mereka tunggu adalah pembuktian kepada siapa saja, bahwa kali ini mimpi-mimpi mereka akan terwujud.

Jum’at kali ini, tepat pada awal bulan Agustus sehabis sholat Jum’at akan diadakan gladi resik. Tentu bukan hanya kelompok Juna saja yang ikut serta dalam acara panggung gembira nanti, banyak kelompok lain yang akan menampilkan naskah dramanya. Tapi Juna tak ciut nyali. Meski memang panggung gembira ini adalah kali pertamanya bergabung bersama Cipto dan Edy. Beberapa tahun lalu, Juna bersama kelompok yang lain. Yang menjadi pegangan mereka saat ini adalah, man jadda wajada.

“Aku pesan pada kalian, kawan. Percaya diri! Yakinlah pada kemampuan kalian. Meski kita kecil, meski kita baru, tetapi dengan semangat, pasti kita bisa!” Ujar Juna pada para kru dan pemainnya.

Beberapa hari setelah gladi resik, cerita yang disutradarai Juna menjadi buah bibir di seluruh penjuru pesantren. Semua santri putera dan puteri membicarakannya. Bertanya-tanya, cerita apa yang dibawakannya. Semua menanti-nanti malam panggung gembira itu.

Dan malam yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Panggung utama begitu megah, background bersetting khas padang pasir dan paduan pesantren. Lampu-lampu kelap-kelip mewarnai pesantren ini. Merah, kuning, hijau, biru, berbagai warna menjadi satu.

Cipto membacakan narasinya, para pemain menaiki panggung dengan kostum yang berbeda, lampu panggung pun mulai dinyalakan. Ketika peran dimainkan dengan sempurna, semua mata terbelalak tertuju ke arah panggung. Haru-biru, tawa-tangis, benci-cinta, menyatu.

“Siapa yang nulis cerita ini, dahsyat banget?” tanya ustad Andi kepada ustad yang lain.

“Cipto, Tad. Sutradaranya Juna dan produsernya Edy!”

“Mereka hebat, bukan? Rupanya kita telah meremehkan kemampuan mereka. Mereka telah membuktikannya dengan sepenuh hati. Saya jadi teringat sebuah pepatah, man taanna naala ma tamanna, siapa yang berangan-angan ia pasti akan mendapatkan apa yang diangan-angankannya, tentunya selama ia mau berusaha untuk mewujudkannya!”

Cipto, Juna dan Edy, sekarang jadi buah bibir yang menggemparkan pesantren. Cipto telah berhasil menjadi Emha Ainun Nadjib. Juna telah berhasil menjadi Hanung dan Edy juga berhasil menjadi Dedi Mizwar.

Maka bermimpilah kalian wahai kawan!
NB: kisah ini saya ambil dari http://hubbulkitabah.wordpress.com/2013/05/31/sebuah-cerpen-inspired-by-3-idiots/ apabila ada kesamaan nama, cerita, dan tempat itu memang disengaja :D


Regard,

Cipto Junaedy

2 Mar 2011

0

Foto Justin Bieber Ngamen di Pinggir Jalan Saat Usia 13 Tahun

Siapa yang tak kenal Justin Bieber sekarang, tapi di tahun 2007 ia hanya penyanyi amatir yang tak dikenal.


Pada sebuah foto yang dikatakan diambil Agustus 2007 yang dimuat UsWeekly, memperlihatkan Bieber saat belum tenar, di usia 13 tahun, memainkan gitar dan menyanyi sambil menunggu recehan dari orang-orang lewat di depan Avon Theathre di kampung halamannya, Stratford, Ontario, Kanada.
Foto ini diambil fotografer I. Shutter yang mengatakan pada UsWeekly memotretnya pada “20 Agustus 2007 jam 9 pagi” saat ia melihat “anak manis” main gitar sementara orang-orang melempar uang ke tas gitar di depannya.
Tapi, keasyikkan Bieber mengamen hari itu tak lama. “Manajer bioskop mengusirnya bahkan mengejar bocah itu,” cerita Shuter.
Bieber pernah mengatakan dari ngamen di depan bioskop itu ia bisa mengumpulkan AS$ 3 ribu. Sebuah videonya You Tube lalu mengantarnya jadi terkenal.
sumber

15 Nov 2010

0

Sejarah Terbentuknya Air Terjun Niagara

Niagara adalah air terjun besar di sungai Niagara yang berada di garis perbatasan internasional antara negara bagian Amerika Serikat New York dengan provinsi Kanada Ontario. Air terjun ini berjarak sekitar 17 mil (27 km) sebelah utara barat laut dari Buffalo, New York dan 75 mil (120 km) tenggara Toronto, Ontario.

Niagara adalah nama kelompok dari tiga air terjun. Ketiga air terjun tersebut adalah air terjun Horseshoe (kadang-kadang disebut sebagai air terjun Kanada), air terjun Amerika, dan yang lebih kecil yakni air terjun Bridal Veil yang dipisahkan oleh sebuah pulau bernama Luna Island dari air terjun utama.

Meski tidak terlalu tinggi, Niagara merupakan air terjun yang sangat lebar dan terpopuler di dunia. Lebih dari 6 juta kaki kubik (168.000 m3) air per menit dijatuhkan dan ini merupakan air terjun yang paling kuat di Amerika Utara.

Niagara juga terkenal akan pelangi indahnya yang melintang di tengah derasnya air terjun. Keindahan alam yang terdapat di sekeliling Niagara membuat jutaan orang dari setiap belahan dunia mengunjunginya setiap hari. Apalagi kalau bukan untuk melihat air terjun yang paling populer ini. Sehingga, devisa pun banyak mengalir bagi kedua negara ini.

Niagara pada tahun 1869

Sinar Lampu warna-warni agar keliatan cantik di waktu malam

Lereng bukit di keruk dengan traktor-traktor raksasa

Terlihat air mulai dialiri pelan-pelan

Terlihat aliran air mulai membesar


sumber: http://jelajahunik.blogspot.com/2010/11/foto-foto-sejarah-terbentuk-air-terjun.html

6 Sep 2010

0

Sejarah Musik Jazz

Banyak yang beranggapan bahwa Musik Jazz adalah musiknya kaum elite dan mapan. Namun bila kita menegok ke akar jazz boleh dibilang justru bertolak belakang. Jazz adalah sebuah seni ekspresi dalam bentuk musik.


Jazz disebut sebagai musik fundamental dalam hidup manusia dan cara mengevaluasi nilai-nilai tradisionalnya. Tradisi jazz berkembang dari gaya hidup masyarakat kulit hitam di Amerika yang tertindas. Awalnya, pengaruh dari tribal drums dan musik gospel, blues serta field hollers (teriakan peladang). Proses kelahirannya telah memperlihatkan bahwa musik jazz sangat berhubungan dengan pertahanan hidup dan ekspresi kehidupan manusia.
Yang menarik adalah bahwa asal kata “jazz” berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual. Sebagian irama dalam musik jazz pernah diasosiasikan dengan rumah-rumah bordil dan perempuan-perempuan dengan reputasi yang kurang baik. Dalam perjalanannya kemudian, jazz akhirnya menjadi bentuk seni musik, baik dalam komposisi tertentu maupun improvisasi, yang merefleksikan melodi-melodi secara spontan. Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong.
Legenda jazz dimulai di New Orleans dan berkembang ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, dan akhirnya Chicago. Tentu saja musik jazz dipengaruhi oleh musik yang ada di New Orleans, tribal drums Afrika dan struktur musik ala Eropa. Latar belakang jazz tidak dapat dilepaskan dari fakta di mana jazz dipengaruhi berbagai musik seperti musik spiritual, cakewalks, ragtime dan blues. Salah satu legenda jazz yang dipercaya bahwa sekitar 1891, seorang pemilik kedai cukur rambut di New Orleans bernama Buddy Bolden meniup cornet-nya dan saat itu lah musik jazz dimulai sebagai gebrakan baru di dunia musik. Setengah abad kemudian, musik jazz di Amerika memberi banyak kontribusi di dunia musik, dipelajari di universitas, dan akhirnya menjadi sebuah aliran musik yang serius dan diperhitungkan.
Musik jazz sebagai seni yang populer mulai menyebar ke hampir semua masyarakat Amerika pada tahun 1920-an (dikenal sebagai Jazz Age). Jazz semakin marak di era swing pada akhir 1930-an, dan mencapai puncaknya di akhir 1950-an sebagai jazz modern. Di awal tahun 20-an dan 30-an, “jazz” telah menjadi sebuah kata yang dikenal umum.
Pengaruh dan perkembangan Musik Blues tidak dapat ditinggalkan saat membahas musik jazz di tahun-tahun awal perkembangannya. Ekspresi yang memancar saat memainkan musik blues sangat sesuai dengan gaya musik jazz. Kemampuan untuk memainkan musik blues menjadi standar bagi semua musisi jazz, terutama untuk digunakan dalam berimprovisasi dan ber-jam session. Musik Blues sendiri, yang berasal dari daerah Selatan, memiliki sejarah yang sangat luas. Pemain Musik Blues biasanya menggunakan gitar, piano, harmonika, atau bermain bersama dalam kelompok yang memainkan alat-alat musik buatan sendiri.
source : nggot.multiply.com
www.thejeo.blogspot.com
0

Sejarah Musik Jazz di Tanah Air

 Sejarah Musik Jazz di Tanah Air
Musik Jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.


 

Nama-nama musisi yang masih diingat adalah Soleano, Garcia, Pablo, Baial, Torio, Barnarto dan Samboyan. Selain bermain di Jakarta, seperti di Hotel Des Indes (sekarang Duta Merlin Plaza) dan Hotel Der Nederlander (jadi kantor pemerintahan), mereka juga bermain di kota lain, seperti di Hotel Savoy Homann – Bandung dan di Hotel Oranje (Yamato) – Surabaya.

Pada tahun 1948, sekitar 60 musisi Belanda datang ke
Indonesia untuk membentuk orkestra simfoni yang berisi musisi lokal. Salah satu musisi Belanda yang terkenal adalah Jose Cleber. Studio Orkestra Jakarta milik Cleber mengakomodasi permainan musik California. Band-band baru bermunculan seperti The Progressive Trio, Iskandar’s Sextet dan Octet yang memainkan jazz dan The Old Timers yang memainkan repertoir Dixieland.

Pada tahun 1955, Bill Saragih membentuk kelompok Jazz Riders. Ia memainkan piano, vibes dan flute. Anggota lainnya adalah Didi Chia (piano), Paul Hutabarat (vokal), Herman Tobing (bass) dan Yuse (drum). Edisi selanjutnya beranggotakan Hanny Joseph (drum), Sutrisno (saksofon tenor), Thys Lopis (bass) dan Bob Tutupoly (vokal).

Band jazz yang terkenal tahun 1945 – 1950 di Surabaya beranggotakan Jack Lemmers (dikenal sebagai Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana) pada bass/gitar, Bubi Chen (piano), Teddy Chen, Jopy Chen (bass), Maryono (saksofon), Berges (piano), Oei Boen Leng (gitar), Didi Pattirane (gitar), Mario Diaz (drum) dan Benny Hainem (clarinet).

Nama-nama musisi jazz di Bandung tahun 50 – 60an adalah Eddy Karamoy (gitar), Joop Talahahu (saksofon tenor), Leo Massenggani, Benny Pablo, Dolf (saksofon), John Lepel (bass), Iskandar (gitar dan piano) dan Sadikin Zuchra (gitar dan piano).

Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar) dan lainnya.

Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.

Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop, rock dan lainnya. Sebut saja SimakDialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials dan masih banyak lagi lainnya.

Musisi jazz biasanya banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Hal ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di sana lewat pertunjukan jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz Festival), sekolah musik jazz, studio rekaman dan kafe yang menampilkan jazz. Seorang yang juga berjasa “mengalirkan” arus jazz ke Indonesia adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik JAMZ dan pendiri pemrakarsa Java Jazz Festival.


bdikh4rism4.wordpress.com

1 Sep 2010

0

Seniman - Seniman Pahlawan Kemerdekaan Indonesia

Seniman Musik Pahlawan Indonesia

Wage Rudolf Supratman (1903-1938)

Penggubah Lagu Indonesia Raya Tingginya jiwa kebangsaan dari Wage Rudolf Supratman menuntun dirinya membuahkan karya bernilai tinggi yang di kemudian hari telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional. Semangat kebangsaan, rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka dalam jiwanya dituangkan dalam lagu gubahannya Indonesia Raya. Lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan negeri ini.
Penolakan jiwanya terhadap penjajahan, pernah juga dituliskannya dalam bukunya yang berjudul Perawan Desa. Namun sayang, Pahlawan nasional yang lahir 9 Maret 1903 ini sudah meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938, sebelum mendengar lagu gubahannya dikumandangkan pada hari kemerdekaan negeri yang dicintainya.
Kilas balik dari lahirnya lagu Indonesia Raya sendiri adalah berawal dari ketika suatu kali terbacanya sebuah karangan dalam Majalah Timbul. Penulis karangan tersebut menentang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Supratman yang sudah semakin kental jiwa kebangsaannya merasa tertantang. Sejak itu, ia mulai menggubah lagu.
Dan pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Ketika Kongres Pemuda, yakni kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda dilangsungkan di Jakarta bulan Oktober tahun 1928, secara instrumentalia Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya itu pada malam penutupan acara tanggal 28 Oktober 1928 tersebut. Disitulah saat pertama lagu tersebut dikumandangkan di depan umum. Lagu yang sangat menggugah jiwa patriotisme itupun dengan cepat terkenal di kalangan pergerakan nasional.
Sejak itu apabila partai-partai politik mengadakan kongres, lagu Indonesia Raya, lagu yang menjadi semacam perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka itu selalu dinyanyikan. Dan ketika Indonesia sudah memperoleh kemerdekaan, para pejuang-pejuang kemerdekaan menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Dan, Wage Rudolf Supratman yang meninggal dan dimakamkan di Surabaya tanggal 17 Agustus 1938, dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional atas segala jasa-jasanya untuk nusa dan bangsa tercinta ini.


Ismail Marzuki (1914-1958)
Komponis Pejuang Legendaris Komponis pejuang dan maestro musik legendaris ini dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden RI, dalam rangkaian Hari Pahlawan 10 November 2004 di Istana Negara. Dia dikenal sebagai pejuang dan tokoh seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang dapat mendorong semangat membela kemerdekaan.
Ismail Marzuki kelahiran kampung Kwitang, Jakarta Pusat, pada tahun 1914 ini menciptakan sekitar 250 lagu. Karya-karyanya sampai hari ini masih sering terdengar, antara lain Juwita Malam, Sepasang Mata Bola, Selendang Sutera, Sabda Alam, dan Indonesia Pusaka. Komponis pelopor yang wafat 25 Mei 1958, ini telah melahirkan lagu-lagu kepahlawanan, yang menggugah jiwa nasionalisme. Maestro musik ini menyandang predikat komponis pejuang legendaris Indonesia.
Ismail Marzuki memang seorang komponis besar yang sampai saat ini boleh jadi belum ada yang dapat menggantikannya. Karena itu, memang sudah layak diberikan penghormatan padanya sebagai pahlawan nasional. Karya-karya Ismail Marzuki memang kaya, baik soal melodi maupun liriknya. Ia pun mencipta lagu dengan bermacam warna, salah satunya keroncong, di antaranya Bandung Selatan di Waktu Malam dan Selamat Datang Pahlawan Muda.
Seniman Sastra Pahlawan Indonesia

Amir Hamzah, Tengku (1911-1946)
Amir Hamzah lahir sebagai seorang manusia penyair pada 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. Ia seorang sastrawan Pujangga Baru. Pemerintah menganugerahinya Pahlawan Nasional. Anggota keluarga kesultanan Langkat bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Indera Putera, ini wafat di Kuala Begumit, 20 Maret 1946 akibat revolusi sosial di Sumatera Timur.
Sebagai seorang keluarga istana (bangsawan), ia memiliki tradisi sastra yang kuat. Menitis dari ayahnya, Tengku Muhammad Adil, seorang pangeran di Langkat, yang sangat mencintai sejarah dan sastra Melayu. Sang Ayah (saudara Sultan Machmud), yang menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai, Sumatra Timur, memberi namanya Amir Hamzah adalah karena sangat mengagumi Hikayat Amir Hamzah.
Sejak sekolah di Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo, Amir menulis sebagian besar sajak-sajak pertamanya. Di sini ia memperkaya diri dengan kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia lainnya.
Kegemaran dan kepiawian menulis saja itu berlanjut hingga saat ia melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Dalam kumpulan sajak Buah Rindu yang ditulis antara tahun 1928 dan t1935, tapak perubahan lirik pantun dan syair Melayunya menjadi sajak yang lebih modern.
Tahun 1931, ia telah memimpin Kongres Indonesia Muda di Solo. Pergaulannya dengan para tokoh pergerakan nasional itu telah mewarnai dunia kesusasteraannya. Sebagai sastrawan dan melalui karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Indonesia, Amir telah memberikan sumbangan besar dalam proses perkembangan dan pematangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia. Dalam suratnya kepada Armijn Pane pada bulan November 1932, ia menyebut bahasa Melayu adalah bahasa yang molek.
Bagi Amir, Bahasa Indonesia adalah simbol dari kemelayuan, kepahlawanan dan keislaman. Hal ini tercermin dari syair-syair Amir yang merupakan refleksi dari relijiusitas, dan kecintaannya pada ibu pertiwi serta kegelisahan sebagai seorang pemuda Melayu.
Secara keseluruhan ada sekitar 160 karya Amir yang berhasil dicatat. Di antaranya 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan. Karya-karyanya tercatat dalam kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur dan terjemah Baghawat Gita.
Ia memang seorang penyair hebat. Perintis kepercayaan diri para penyair nasional untuk menulis karya sastra dalam bahasa Indonesia, sehingga semakin meneguhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Amir seorang enyair besar Pujangga Baru, yang kepenyairannya membuat Bahasa Melayu-Indonesia mendapat suara dan lagu yang unik yang terus dihargai hingga saat ini. Ia penyair yang tersempurna dalam bahasa Melayu-Indonesia hingga sekarang.
Amir adalah tiga sejoli bersama Armijn Pane dan SutanTakdir Alisyahbana, yang memimpin Pujangga Baru. Mereka mengelola majalah yang menguasai kehidupan sastera dan kebudayaan Indonesia dari tahun 1933 hingga pecah perang dunia kedua.
Pemerintah RI kemudian mengapresiasi jasa dan sumbangsih Amir Hamzah ini dengan menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975.
Selain itu, penghargaan atas jasa Amir Hamzah terlihat dari penggunaan namanya sebagai nama gedung pusat kebudayaan Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, dan nama masjid di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Amir Hamzah meninggal akibat revolusi sosial di Sumatera Timur itu, justru pada awal kemerdekaan Indonesia. Kala itu, ia hilang tak tentu rimbanya. Mayatnya ditemukan di sebuah pemakaman massal yang dangkal di Kuala Begumit. Konon, ia tewas dipancung hingga tewas tanpa proses peradilan pada dinihari, 20 Maret 1946, dalam usia yang relaif mati muda, 35 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman mesjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat. Di makamnya terukir dua buah syairnya.

kaskus.us 
www.thejeo.blogspot.com

0

Benarkah Musik Rock Bikin Mati Muda?


Goodbye cruel world; I’m leaving you today; Goodbye all you people; There’s nothing you can say to make me change my mind; Goodbye…
Penggalan lirik lagu Goodbye Cruel World dari album The Wall (1979) Pink Floyd itu agaknya cocok untuk menggambarkan kondisi para rocker yang mati muda. Kematian akibat ketidaknyamanan hidup di tengah
lamuran harta dan popularitas.
Narkoba, alkohol, seks bebas, seolah jadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup musisi rock. Mereka yang mengagungkan semboyan sex, drugs, and rock ‘n roll itu akhirnya justru meregang nyawa di saat usia mereka belum lagi menginjak 30 tahun.
Ingat saja kematian Jim Morrison, vokalis grup legendaris The Doors, yang mati di usia 27. Begitu pula Jimi Hendrix. Bahkan, Sid Vicious, pemain bas legenda punk Sex Pistols, mati saat usianya baru 21 akibat narkoba. Ia depresi karena didakwa membunuh Nancy Spongen, pacarnya.
by : http://uniqpost.com
The World Almanac and Book of Facts (1997) mencatat, ada 42 legenda rock di AS dan Inggris mati sia-sia. Terbanyak akibat serangan jantung. Kuat dugaan, hal itu berhubungan dengan kebiasaan memakai narkoba atau menenggak alkohol berlebihan.
Elvis Presley, misalnya, berpulang di usia 42. Gitaris dan vokalis genius Rory Gallagher tutup usia di usia 47. Keduanya pergi ke alam baka dipicu narkoba. Di luar sebab itu, ada 36 rocker yang mati bunuh diri dan 57 lainnya karena sebab lain, termasuk kecelakaan.
Selain itu, 18 musisi rock pada 1970-an tewas dibunuh. Yang paling fenomenal, tentu, John Lennon. Frontliner The Beatles itu ditembak di depan apartemennya oleh Mark Chapman pada 1980.
Tak kalah mengejutkan adalah hasil penelitian John Moores University, Liverpool, Inggris. Riset yang dilansir jurnal Epidemial Community Health itu mengungkapkan, musisi rock cenderung mati lebih cepat ketimbang musisi aliran musik lainnya.
Penelitian panjang yang dilakukan pada 1956-2005 itu memaparkan, terjadi 100 kematian di antara 1.064 musisi rock. Riset itu mengupas kematian para musisi dunia .
Riset dilakukan atas para musisi Inggris dan Amerika Utara. Lebih dari 25% kematian itu terkait erat dengan penyalahgunaan narkoba dan minuman berkadar alkohol tinggi.
Riset itu juga memaparkan, pada lima tahun pertama setelah mencapai ketenaran, kematian musisi rock lebih tinggi ketimbang angka normal. Diantaranya terjadi pada Jimi Hendrix, Bon Scott (AC/DC), dan Sid
Vicious.
Gilanya lagi, rocker dari Amerika Utara punya kemungkinan dua kali lebih besar mati muda, terutama akibat serangan jantung dan stroke. Termasuk di dalamnya adalah Jerry Garcia dari Grateful Dead, Carl Wilson dari Beach Boys, dan Johnny Ramone dari Ramones.
Itu, konon, karena rocker dari Amerika Utara masih ingin menunjukkan kharisma besarnya dengan menggelar tur reuni. “Akibatnya, mereka kembali menjalani gaya hidup rock ‘n roll yang lekat dengan drugs dan alkohol selama bertahun-tahun,” kata Mark Bellis, peneliti utama dalam riset itu.
Kehidupan musisi klasik rock itu memang bisa dirunut dari gemuruh era 1960-an di belahan Barat yang hiruk-pikuk dengan gerakan pembaruan
politik, ekonomi, dan sosial.
Dekade itu jadi era gerakan kontrakultur yang dipelopori generasi muda bersimbol perlawanan seperti The Beatles dan The Rolling Stones di Inggris atau Led Zeppelin dan The Doors di AS.
Perlawanan itu jadi lengkap dengan munculnya gerakan muda anti-Perang Vietnam melalui gaya hidup bebas flower generation ala hippies.
Musik rock kemudian mengawinkan diri dengan gaya hippies yang terangkum secara sempurna dalam fenomena pergelaran musik fenomenal ‘Summer of Love and Peace’ di Woodstock, AS, pada 1967.
Gelombang budaya besar itulah yang mengesahkan pemakaian narkoba berlebihan sebagai sebuah norma dalam kehidupan anak muda saat itu. Tak heran jika satu per satu rocker tumbang menemui ajal.
Tentu, tak semua rocker akhirnya bernasib tragis seperti itu.
Vokalis The Rolling Stones Mick Jagger hingga kini masih bugar. Usianya sudah 65. Juga vokalis Aerosmith Steven Tyler yang kini berusia 60 dan Johnny Rotten, vokalis Sex Pistols.
Roger Daltery hingga kini juga masih hidup di usia 64. Padahal, vokalis The Who itu dikenal sebagai rocker yang sejak awal menyatakan ingin mati muda. Itu, setidaknya, tercermin dari lagu My Generation (1965). Simak salah satu bagian liriknya: I hope I die before I get old.
Jadi, pasti, penyebab berderet rocker legendaris mati muda itu sebetulnya bukan karena mereka bermain musik rock. Penyebabnya adalah gaya hidup mereka yang mengarah urakan. Karena itu, jangan takut untuk terus memainkan musik rock. Mainkan!
Bermodal lengkingan vokal, musik cadas, dan gaya panggung impresif, berderet rocker dunia melegenda. Tapi, ada misteri di balik semua itu. Club 27  dimunculkan mengiringi tragedi mati muda mereka. Rata-rata di usia 27!
Memang, rocker-rocker top di belantara musik keras itu tidak tergeletak menyabung nyawa ketika manggung. Penyebab kematian mereka beragam. Mulai kecelakaan mobil, over dosis narkoba, sampai yang lebih mengenaskan: bunuh diri.
Hanya saja, satu yang pasti dan seolah jadi takdir bersama, yaitu para rocker legendaris itu menghembuskan napas terakhirnya di usia muda. Yang menarik dan menarik sekaligus misterius, ajal menjemput mereka ketika usia memasuki hitungan ke-27!
Bagi komunitas musik rock, tentu masih lekat dalam ingatan kisah tragis para rocker legendaris itu. Sebut saja frontliner grup musik grunge Nirvana, Kurt Cobain, yang menyusul para seniornya seperti Jimi Hendrix, Janis Joplin, dan Brian Jones, eks pemetik bas The Rolling Stones.
Kematian mereka pun sama-sama menimbulkan spekulasi teori konspirasi lantaran kesamaan usia dan kasusnya. Sebagian penggemar mereka menyebut
para musisi yang mati di usia 27 itu sebagai anggota Club 27.
Club 27 beranggotakan sejumlah legenda.  jumlahnya mencapai 13 rocker. Di antara mereka adalah Kurt Cobain (5 April 1994), Brian Jones (3 Juli 1969), Jimi Hendrix (18 September 1970), Jim Morrison (3 Juli 1970), dan legenda vokalis blues Janis Joplin (4 Oktober 1970).
Ada juga gitaris blues Robert Johnson yang tewas lebih dulu, yaitu pada 1938. Lalu, Kristen Pfaff (penabuh drum Hole), Ron ‘Pigpen’ McKernan (The Grateful Dead), Dave Alexander (The Stooges), vokalis Johnny Kidd (Johnny Kid and The Pirates), Kami (Malice Mizer dari Jepang), Mia Zapata (The Gits), Peter Ham (Badfinger), dan D Boon (Minutemen).
Di antara para legenda yang mati di usia 27 itu, ada dua kasus yang menimbulkan teori konspirasi paling menonjol, yaitu menyangkut kematian Kurt Cobain dan Brian Jones. Keduanya diduga mati akibat pembunuhan sistematis.
Hingga kini, spekulasi tentang pembunuhan Jones dan Cobain masih jadi bahan riset untuk pembuatan film dan penulisan buku yang cukup tersohor.
Pada kematian Jones, ia ditengarai dibunuh oleh pihak yang ingin menyingkirkannya. Tak terkecuali dua sahabat dekat yang awalnya justru direkrutnya ke The Rolling Stones, yakni vokalis Mick Jagger dan gitaris Keith Richards.
Jones sendiri sudah berkalang tanah hampir empat dasawarsa. Ia ditemukan tenggelam di kolam renang rumahnya di Hartfield, Sussex, Inggris. Menurut kesaksian Anna Wohlin, pacarnya, Jones masih menunjukan tanda-tanda kehidupan ketika diangkat dari air. Tapi, ketika dokter datang, Jones malah dinyatakan tewas di tempat.
Pada 2000, Wohlin menuding Frank Thorogood yang membangun rumah Jones sebagai pembunuhnya. Menurut Wohlin, Thorogood menunjukan sikap tak simpatik kepada Jones yang tengah sekarat. Dokter sendiri menyatakan pada jantung dan hati Jones terdapat kandungan narkoba dan alkohol.
Versi teori konspirasi lain lebih menggemparkan. Jones yang tewas beberapa saat setelah keluar dari Stones, sempat berselisih dengan Jagger dan Richards karena sering absen dari aktivitas grup musik itu. Termasuk pada sesi rekaman.
Kecurigaan menguat ketika di prosesi pemakaman anggota Stones yang hadir hanya Bill Wyman dan Charlie Watts. Jagger beralasan dilarang meninggalkan lokasi syutingnya di Australia. Richards beralasan tak ingin bertemu penggemar yang marah kepadanya akibat Jones keluar dari Stones.
Puncaknya adalah berembusnya isu bahwa Jones memang sengaja dikorbankan kepada setan. Sebab, saat itu Stones dituding sebagai pemuja setan menyusul single-nya yang bertajuk Sympathy for the Devil. Jones dikorbankan sebagai pembayaran atas kesuksesan Stones.
Pada kematian Cobain, teori konspirasi yang berkembang adalah ia dibunuh oleh Courtney Love, istrinya sendiri. Vokalis grup musik grunge perempuan Hole itu memang dalam posisi kurang menguntungkan.
Love saat itu tengah berselisih dengan Cobain yang berencana menceraikannya. Love dicurigai takut kehilangan warisan Cobain yang
sedang berjaya.
Spekulasi lain menyebutkan, Cobain dibunuh oleh sejumlah pelaku industri rekaman yang banyak menaungi kepentingannya. Di antaranya adalah Geffen Records. Mereka, konon, sengaja membunuh Cobain demi menciptakan seorang rock hero baru.
Cobain ditemukan tewas di rumahnya di Lake Washington dengan sepucuk pistol di sampingnya. Analisis polisi mengungkap, Cobain bersembunyi di sudut flat, mengambil pistol, memasukkan benda itu ke ke mulutnya, dan dor…menekan pelatuknya.
Penggemar Cobain tak bisa menerima argumen itu. Apalagi, beberapa saat sebelum kematiannya, Cobain diketahui mengkonsumsi narkoba. Ia teler. Tak mungkin mampu menembak dirinya sendiri.

rata-rata penyebab kematian para rockstar:

Heart Attack 42
Drug Overdose 40
Misc. Medical 37
Suicide 36
Auto/Cycle Crash 35
Cancer 25
Airplane Crash 22
Unknown 21
Murdered 18
Alcohol 9
Accident 6
Drowned 5
Brain Tumor 4
AIDS 4
Poisoned 3
Leukemia 3
Electrocuted 3
Stroke 3
Fire 3
Choked 2

uniqpost.com
www.thejeo.blogspot.com

27 Agu 2010

9

Perkembangan Musik Tanah Air (Nusantara)

Musik Tanah Air (Nusantara)

Musik Tanah Air (Nusantara) adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari , musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.

Sejarah Musik Tanah Air (Nusantara)

Terdapat tahapan- tahapan perkembangan  Musik Tanah Air(nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut.


Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha

Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.


Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha

Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan  terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.


Masa setelah masuknya pengaruh Islam

Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di Tanah Air  ( Indonesia ) hingga saat ini.





Masa Kolonialisme

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat  dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.

 
Masa Kini


Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.

Fungsi Musik Tanah Air (Nusantara)



Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.



Sarana upacara budaya (ritual)

Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.



Sarana Hiburan

Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.


Sarana Ekspresi Diri

Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.


Sarana Komunikasi

Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki  pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.


Pengiring Tarian

Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.


Sarana Ekonomi

Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi  dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber  penghasilan. Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

Ragam Musik Tanah Air (Nusantara)

Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.


Musik Tanah Air Daerah/Tradisional

Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair  dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya  tersebut lahir, tumbuh dan berkembang.  Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.

Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan.  Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi  tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.


Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.

Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali).  Satu perangkat gamelan terdiri dari  instrumen saron, demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)



Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah   kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.



Arumba  (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.



Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang, ketoprak.  Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.


Instrumen Musik Petik

Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.



Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.



Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.


Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa,  rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.



Instrumen Musik Tiup

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat dijumpai alat musik ini.  Saluang adalah alat musik tiup dari  Sumatera Barat,  serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.



Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.


Musik Tanah Air Keroncong

Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik.


Musik Tanah Air Dangdut

Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna, sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.



Musik Tanah Air Perjuangan

Musik ini lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing. Dengan menggunakan musik, para pejuang berusaha mengobarkan semangat persatuan untuk bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang diciptakan pada masa itu, umumnya berisi ajakan untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah air, dan sebagainya. Irama musiknya pun dibuat cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.



Musik Tanah Air Populer (pop)

Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinyajuga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.


Kesimpulan

Musik Tanah Air (nusantara) adalah seluruh musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan cirri keindonesiaan. Musik memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Ragam musik nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

Source : berbagai sumber Tablet Android Honeycomb Terbaik Murah

26 Agu 2010

HISTORY OF THE GUITAR
0

HISTORY OF THE GUITAR

Orpheus, the mythical poet and musician who tamed wild beasts and conquered death with his music.
THE GUITAR is one of the world's oldest musical instruments, and its illustrious line of ancestors dates from the prehistoric days of primitive man, though, surely its form which we know today is the result of a long evolutionary process.

Even in cave paintings, string instruments are found, a type of fiddle bow similar to those used for shooting arrows; fiddle bows-three, four, five or seven-joined together at one end, while separated at the other end in the manner of a half open fan, whose strings were played by means of another bow of the same or similar characteristics.

Upon playing, the sound was forced, but to rub against or scrape some strings with another, would be monotonous, just dissociated noises, to which, nevertheless, the primitive people of the world danced or shouted, not in such a distinct manner as presently, but some savage
An Etruscan fresco of a musician
tribes from the interior of Africa and the Amazon forests still act in the same way. "Concerning the origins of music, we know nothing with certainty, but we do indeed know that among all human manifestations, acoustics is the most spontaneous when man finds himself under the influence of any thought or feeling." (M. Schneider, Man and Music).

And, continuing a moment, let's also add, that the mythical and religious traditions and beliefs which attribute the origin of the world to a primitive sound, to a chord or a song, or to a musical instrument which the Creator used for the creation of the universe, are numerous. "According to an ancient Indian idea, the whole universe has been brought into being by a powerful woman singer, who was transformed, little by little, into light, stone and flesh." And the early Christians said that music was invented in heaven.

The guitar's progeny now ascends in time four or five thousand years, as may be seen in the bas-relief (sculpture) of the Asian and Egyptian people who cultivated the worthwhile music of various string instruments such as the lyre, harp, guzla, lute, and zither, etc. Apparently, these instruments did not then have an independent musical existence, but were bound up with the other spiritual and artistic forms; the dance, writing, and poetry. For a
An engraving of Pythagoras, the Greek philosopher and mathematician who explored the mathematical basis of sound frequencies.
long time, music had an eminently vocal character. The song was, as is now the flamenco which characterizes the musical realm, the center and reason for music. Little by little, the instrument became independent, ceased to be merely an accompaniment piece, and, around the fifteenth century, came to possess an autonomy of its own.

The Greeks were the first occidental people that cultivated and developed vocal and instrumental music. Perhaps with the conquests of Alexander (fourth century, B.C.), who introduced it as far as India after taking possession of Persia and Egypt, the ancient musical instruments of these two great nations, among them the zither, or kitharah asiria, which in Greek was kithara, and, later still, in Arabic, gitar, from which was derived guitarra, arrived in Greece and at the time its name was changing, the instrument's characteristics were also being modified.

The Greeks so fond of deifying all the outstanding aspects of the life of man and Nature, gave to Apollo, the god of the Sun and the Arts, a son shown with the nymph, Calliope: Orpheus, to whom they attributed the invention of the kithara. (Orpheus is symbolic of music and amorous love.) The harmonious seducing quality of his kithara, pulsing with deep feeling, exercises such powerful magic that it soothes the furies (supra-natural agents which appear in Greek plays, etc.); tames wild beasts; woos the female attendants of Bacchus, the god of wine; halts the swift waters of the rivers; attracts the stones; and all
An ancient Persian illumination with a lute player.
of Nature, finally, remains as if suspended or enchanted under the effects of its music inspired by the pensive muse, Polimnia. Loving the beautiful Eurydice, nymph of the forests, Orpheus, when she dies, in his search, descends to Hades, accompanied with his kithara, and the power of its sad music relieves his pains, opens the doors of pagan hell, and obtains the surrender of his beloved Eurydice from Pluto (lord of the lower world).

In the sorrowful myth of Orpheus, the poets, painters, and sculptors of each age and country, have represented him with the musical instrument most in vogue; the lyre, harp, lute, and the guitar, and always surrounded by Nature in a submissive and charmed posture. The myth of Orpheus came into being about the sixth century before Christ.

Music was much cultivated in Greece, and with popular approval, the kit hara, whose sounds provided accompaniment for national songs, festive weddings, and even the sad accents of the funeral songs.

The Greek kithara went, later, to Rome, while the Asian kitharah, across through Persia, arrived in Arabia. The Greek kithara (guitar) became the Roman guitar, and the second, the gitar sarracena. This last instrument quickly had very illustrious kinsmen among the Arabs -the guzia, the rabel, and the lute - and from the Roman kithara was derived the Latin guitar (guitarra latina). "This was played with the fingers and was easy to arpeggio; the Arabic, the Moorish guitar, was played with a plectrum and was a melodious instrument." The term, guzia, from the Turkish gazi, is an instrument having a single string which one plucked; the rabel, from the Arabic rabab, is an instrument similar to a lute, with three strings and having a very shrill sound; and the lute, from the Arabic cud, is an instrument played by plucking its strings.

The Latin guitar has a sounding case with lateral curves, and has four rows of double strings. The Moorish guitar has an oval sounding case similar to that of the lute and primitive arc violins, a much larger fingerboard and three strings.

In ancient Rome, string instruments enjoyed great favor among society's upper classes, and even Roman emperors were not ill-disposed to learning their use-emperors such as Adrian (76-138) and Caracalla (188-217), who, surely, ordered a monument erected to Mesomedes, the player who introduced advancements in the technique of string instruments.

But with the fall of imperialism and the appearance of the barbarians, music decayed to weak forms that only began to recover about the seventh century, A.D.

By Vidal Denito Revuelta, translated by Robert Kotas.

Baja Ringan Semarang